HUJAN KERIKIL MALAM JUM'AT PAHING
Yk, 22 Nov 2010
Meminjam istilah mbah Rono, akhirnya Merapi memenuhi janjinya. Jum'at Pahing 05 November 2010 dini hari (sekitar jam 00.30 WIB) Yogya hujan abu, pasir dan bahkan kerikil.
Petang hari sebelumnya, penulis sedang main2 dengan PC, tiba2 ada gempa ringan tapi aneh karena guncangan itu arahnya kebawah-ketas (vertikal). Tanya sana-sini kok tidak merasakan, balik nulis di komputer lagi.
Agak malam, terdengar suara seperti truk besar yang dihidupkan (gas stasioner): "Grungg .. grungg .. grungg ..!!". Penulis keluar lagi, niling-nilingke tetapi sepertinya tidak ada truk parkir di Jl. Kaliurang dekat rumah. Nulis lagi, .. dengar lagi ..!!
Akhirnya penulis mendatangi pemuda/ peronda yang sedang berdiri di dekat mushala. Dia bilang, Merapi makin bahaya. Penulis balik ke rumah untuk memantau lewat siaran TV, sementara Jl. Kaliurang sudah sangat gaduh oleh arus lalu-lintas kearah Yogya.
Penulis keluar, cerita-cerita dengan beberapa teman dan famili sambil sesekali mengomentari suara gemuruh/ menggelegar dari arah gunung Merapi
Tiba-tiba terdengar suara kemrosak yang kemudian diikuti suara pating klithik diatas genting. Teman-teman berteriak panik: "Hujan kerikillll .... !!".
Penulis minta kepada famili (termasuk paklik yang sedang terapi stroke) untuk siap-siap jika keadaan memburuk harus segera mengungsi. Ee .. lha kok listrik padam. Permintaan penulis kepada anggota keluarga akhirnya dinaikkan statusnya menjadi komando mengungsi.
Anggota keluarga yang sehat segera berkemas, sedang paklik yang sedang kurang beruntuk kesehatannya itu segera penulis gendong masuk ke van (mobil grobak). Skeluarga mengungsi di adik, di belakang SD Setan Maguwoharj.
Rencana semula, penulis akan kembali lagi ke rumah setelah mengungsikan famili karena teman-teman dan pemuda tentu berjaga-jaga dirumah. Sayangnya, adik yang suaminya tugas di Semarang itu melarang penulis pulang, alasannya dia lebih tenang kalau semua ngumpul disana.
Penulis kontak dengan teman-teman kampung supaya berkoordinasi satu dan lainnya, juga penulis kontak famili luar kota, semua masih aman2 saja.
Anehnya, begitu pagi penulis pulang, kok ya semua ikut pulang lagi meski harus tertatih-tatih katanya lebih merdika kalau di rumah.
[an.101122_11.40]