06/12/2010

LUKA HATI RAKYAT YOGYA








Yk, 06 Desember 2010 
Setelah mengikuti kronologis peristiwa-peristiwa yang menerpa Jogja, kiranya dapat dipahami bahwa hawa panas langit Jogja ini bukanlah sekedar buatan cah angon tetapi lebih nampak sebagai sebuah skenario yang terencana rapi dari kalangan orang-orang pintar dan elit. Untuk meng-counter-nyapun tentu harus oleh orang-orang yang pawai, tetapi tentu harus memiliki integritas NKRI yang utuh dan jiwa kenegarawanan yang teguh.

Sejak Sunan Amangkurat Jawi berkuasa, sudah ada tokoh bermuka dua yang leluasa berkiprah dengan sifat oportunisnya, itulah Patih Pringgalaya. Satu sisi ia mengabdi raja, sisi yang lain mengabdi pada Belanda, sementara jika terjadi konflik antara raja dan penjajah, sang patih julig itu ngugemi aturan; harus memihak Belanda.

Oleh sebab itu, saat Pangeran Mangkubumi (atas jasa besarnya) mendapatkan hadiah tanah yang luasnya melebihi pangeran-pangeran yang lain, patih julig itu menghasut Van Hohendorff untuk mempengaruhi raja supaya mebatalkan hadiah itu. Kanjeng Sunan termakan oleh hasutan dari duet manusia oportunis itu, dan di pisowanan, sang Pangeran yang nantinya bergelar Sultan Hamengkubuwono I itu dipermalukan.

Pangeran Mangkubumi lolos dari keraton Kartasura, dan pecahlah pemberontakan yang menyebabkan palihan negari Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Inipun sebenarnya politik pecah belah dari penjajah. Oleh itu, jika SBY melakukan politik yang sama, akan sangat disayangkan karena pemerintah meniru politik devide et empera-nya penjajah.

Marilah kita lihat beberapa kejadian beruntun dan terstruktur yang bagi masyarakat Jogja dirasa mengusik ketenangan dan melukai hati terdalam:

  1. Ada pengingkaran Ijab Qobul Kraton Yogya dengan RI yang saat itu baru merdeka dimana sebenarnya jika Sultan HB IX egois, tawaran Belanda pada dirinya untuk menjadi Wali Negara yang berkuasa di seluruh Jawa-Madura itu mestinya diterima.
  2. Ada ucapan SBY yang menyebutkan bahawa: "Raja merangkap Gubernur, adanya hanya Ratu Kethoprak".
  3. Ada ucapan SBY tentang: "Jangan ada monarkhi yang berbenturan dengan konstitusi dan demokrasi".
  4. Ada ucapan kamuflase SBY saat penyerahan penghargaan Ketahanan Pangan: "Saya dan pak Sultan tidak apa-apa ... diadu-adu ..!! Kita harus sabar pak Sultan ..!". Ucapan ini tidak semestinya diucapkan oleh pelempar polemik. Jika pak SBY hanya sebatas penonton, bolehlah mengucapkan seperti itu, tapi selagi dirinya menjadi penyebab sakit hati rakyat Jogja (semoga Sultan tidak terlalu sakit hati), ucapan itu justru menambah luka.
  5. Ada ucapan mendagri; Gamawan Fauzi yang dengan gamblang menjelaskan: "Jika Sultan ingin menjadi gubernur, silahkan mendaftar!". Ini lagi-lagi merendahkan martabat Kraton Jogja yang sebelum bergabung dengan RI sudah lebih dulu punya kedaulatan, kemerdekaan dan tatanan yang mapan, serta memiliki wilayah yang jauh lebih luas dari DIY sekarang.
  6. Ada rumor bahwa pemerintah berpegang pada polling yang hasilnya adalah 71% rakyat Jogja menghendaki pemilihan gubernur. Ini mengherankan, polling oleh siapa dan siapa respondennya? Lagi-lagi pemerintah menyembunyikan identitas lembaga survey itu.
  7. Ditengah-tengah hiruk-pikuk RUUK Yogya, ee.. kok ya tega-teganya UGM memunculkan opini yang mbarung-sinang, dan narung-binuh dengan komentar Gusti Mung dari Kasunanan Solo dan ahli sejarah (ahli ??) yang menyertainya. Dikatakan, Solo, Pakualaman dan Buton akan segera ikut-ikutan menuntut keistimewaan. Ini, .. lagi-lagi politik pecah-belah. Orang UGM lupa sejarah berdirinya UGM.
Dari banyak hal itu, tak semestinya kita gelap mata. Kita harus meyakini bahwa di Republik ini masih ada banyak negarawan tulen yang benar-benar berdharma bhakti untuk Indonesia tercinta. Jika ada satu atau dua yang sedikit aneh-aneh dengan Jogja, kita berlapang dada saja karena sebenarnya mereka itu dalam hati terdalamnya justru mengagumi Jogja: "Betapa hebatnya Kraton, Sultan dan rakyat Jogja". Jika mereka menganggap enteng Jogja, tentu mereka tak akan mau membahas sama-sekali karena reputasinya akan jatuh oleh masalah yang remeh itu.
Oleh karenanya, marilah kita menanggapi berita-berita ini dengan dingin, kalau perlu sambil tersenyum, tertawakanlah diri kita sendiri dan orang-orang yang kokehan polah itu.
  1. Jangan terpancing emosi, biarkan opini berkembeng dengan liar toh di Jogja ini berlimpah para ahli sejarah dan cendekiawan yang bukan saja piawai tetapi juga berhati nurani. Serahkan pada beliau-beliau itu untuk menguji kebenaran sejati.
  2. Jangan berbuat anarkhi karena tampaknya memang ada pihak yang menginginkan masyarakat Jogja berbuat salah sehingga citra Jogja akan rusak.
  3. Meski Kraton Mataram juga tak sepenuhnya terbebas dari sejarah kelam, namun setidaknya kita punya Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sultan Hamengkubuwono I, Pangeran Diponegoro dan Sultan Hamengkubuwono IX yang diakui track record-nya. Sultan Hamengkubuwono X, ibarat buah, mestinya jika jatuh tak begitu jauh dari pohonnya.
  4. Jika Sultan HB X disangsikan kapabilitas dan loyalitasnya pada RI, tokoh-tokoh RI yang lainpun perlu dipertanyakan. Toh sampai sekarang kehebatan RI yang mendewa-dewakan demokrasi dan yang pemerintahannya dikelilingi oleh para Profesor Doktor dan orang-orang billiant, tetap saja tidak mampu menyamai kehebatan Majapahit atau Sriwijaya. Padahal Majapahit dan Sriwijaya itu monarkhi ya.. ??
  5. Jogja pantang mengemis akan sebuah pengakuan. Jika kasus RUUK ini berlarut-larut dan tak ada ujung-pangkalnya, Insya Allah akan ada peristiwa besar yang justru akan menempatkan Jogja pada taraf kepercayaan tertinggi di negeri ini.
  6. Fakta sejarah membuktikan, dulu setelah Jogja menyatakan bergabung dengan RI, tak lama kemudian iibukota harus pindah ke Jogja. Ini artinya Jogja lebih hebat karena menjadi benteng terakhir RI.
  7. Akhir pemerintahan presiden Suharto, pengamanan demo mahasiswa di berbagai tempat harus memakan banyak korban. Pada 20 Mei 1998 dihadapan lebih dari 500 ribu masa, Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paduka Pakualam VIII membacakan maklumat reformasi, dan sehari setelah itu pak Harto mengundurkan diri. Apakah ini sekedar kebetulan? Kerumunan masa pada saat itu sangat mudah untuk dipicu ke arah anarkhis, bahkan rencana demo besar-besaran di depan gedung MPR-DPR Jakarta yang sedianya akan dihadiri pak Amin Rais justru dibatalkan karena pertimbangan keamanan. Kenapa masyarakat Jogja yang ngumpul di alun-alun utara Kraton itu aman-aman saja padahal mereka datang dari 9 penjuru (pintu masuk)?
  8. Dari sisi emosional dan psikologis, masyarakat Jogja tentu lebih sepakat jika 'tidak ada pemilihan', adanya adalah penetapan. Sultan yang bertahta secara otomatis adalah Gubernur. Jika perlu, tidak usah pakai kata 'Gubernur', adanya ya Sultan itu saja, toh ada Ijab-Qobul yang menyatakan bahwa Sultan bertanggung jawab kepada Presiden. Yang lebih penting sekarang adalah bagaimana perumusan aturan supaya Sultan Jogja tidak tergelincir pada penyalah gunaan kekuasaan seperti SDISK Sunan Amangkurat Agung yang dicatat sejarah sebagai raja yang kejam itu..
  9. Praktek monarkhi bukan semata-mata menjadi 'trade mark' Kraton saja, penguasa yang dipilih langsung oleh rakyatpun bisa jadi punya kecenderungan main kuasa melebihi seorang Sultan yang negerinya 'Hadiningrat'-nya dikatakan monarkhi.
[an,20101206_1302]

01/12/2010


PAK SBY ANTI KRATON JOGJA?


Kukira sindiran menyakitkan tentang 'Ratu Kethoprak" atas Sultan Hamengkubuwono X beberapa waktu yang lalu oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) hanya berakhir disitu. Ternyata, setelah rakyat Yogya disibukkan oleh hajatan gunung Merapi (26 September, 5 November 2010), SBY lagi-lagi mengoyak ketenangan rakyat Mataram dengan statement-nya tentang monarchi vs demokrasi di Indonesia.


Sebenarnya, sebagai rakyat jelata, kawula Jogja tentu tidak begitu mempermasalahkan dengan konsep-konsep demokrasi atau monarchi. Yang lebih penting adalah jaminan kesejahteraan, ketenteraman, keamanan, keadilan ... dan ... dan .. dan .... !!


Awan Jogja memanas setelah Sultan-pun menanggapi statement itu di beberapa stasiun TV atau radio. Rakyat yang diwakili para perangkat dusun dan desa bergejolak, dan hari ini (Rabu, 01 Desember 2010) rencananya akan ada gerakan pernyataan sikap ala Jogja di depan gedung DPRD.


Akankah Jogja REFERENDUM .. ??

[an.20101201_10.35]

22/11/2010

HUJAN KERIKIL MALAM JUM'AT PAHING


Yk, 22 Nov 2010
Meminjam istilah mbah Rono, akhirnya Merapi memenuhi janjinya. Jum'at Pahing 05 November 2010 dini hari (sekitar jam 00.30 WIB) Yogya hujan abu, pasir dan bahkan kerikil.

Petang hari sebelumnya, penulis sedang main2 dengan PC, tiba2 ada gempa ringan tapi aneh karena guncangan itu arahnya kebawah-ketas (vertikal). Tanya sana-sini kok tidak merasakan, balik nulis di komputer lagi.

Agak malam, terdengar suara seperti truk besar yang dihidupkan (gas stasioner): "Grungg .. grungg .. grungg ..!!". Penulis keluar lagi, niling-nilingke tetapi sepertinya tidak ada truk parkir di Jl. Kaliurang dekat rumah. Nulis lagi, .. dengar lagi ..!!

Akhirnya penulis mendatangi pemuda/ peronda yang sedang berdiri di dekat mushala. Dia bilang, Merapi makin bahaya. Penulis balik ke rumah untuk memantau lewat siaran TV, sementara Jl. Kaliurang sudah sangat gaduh oleh arus lalu-lintas kearah Yogya.

Penulis keluar, cerita-cerita dengan beberapa teman dan famili sambil sesekali mengomentari suara gemuruh/ menggelegar dari arah gunung Merapi

Tiba-tiba terdengar suara kemrosak yang kemudian diikuti suara pating klithik diatas genting. Teman-teman berteriak panik: "Hujan kerikillll .... !!".

Penulis minta kepada famili (termasuk paklik yang sedang terapi stroke) untuk siap-siap jika keadaan memburuk harus segera mengungsi. Ee .. lha kok listrik padam. Permintaan penulis kepada anggota keluarga akhirnya dinaikkan statusnya menjadi komando mengungsi.

Anggota keluarga yang sehat segera berkemas, sedang paklik yang sedang kurang beruntuk kesehatannya itu segera penulis gendong masuk ke van (mobil grobak). Skeluarga mengungsi di adik, di belakang SD Setan Maguwoharj.

Rencana semula, penulis akan kembali lagi ke rumah setelah mengungsikan famili karena teman-teman dan pemuda tentu berjaga-jaga dirumah. Sayangnya, adik yang suaminya tugas di Semarang itu melarang penulis pulang, alasannya dia lebih tenang kalau semua ngumpul disana.

Penulis kontak dengan teman-teman kampung supaya berkoordinasi satu dan lainnya, juga penulis kontak famili luar kota, semua masih aman2 saja.

Anehnya, begitu pagi penulis pulang, kok ya semua ikut pulang lagi meski harus tertatih-tatih katanya lebih merdika kalau di rumah.


[an.101122_11.40]

27/10/2010

MERAPI MELETUS
SIKAP SANG KAPTEN, MBAH MARIJAN


Sleman, 27 Oktober 2010
Kemarin sore, penulis pulang dari tempat kerja jam 17 lewat sedikit. Maunya nunggu hujan reda, tapi tak juga kunjung tingkas. Dengan jas hujan penulis menyusuri Jl.Kaliurang mengendarai sepeda motor yang telah berusia lebih dari 13 tahun. Tampak di ujung utara sana awan tebal menutup langit sehingga tak tampak tubuh gunung Merapi yang legendaris itu.

Masih teringat, semalam bertukar pikiran dengan teman-teman dan sempat nyeletuk: "Bolehlah Merapi meletus sedikit, sekedar lava keluar, hujan abu sebentar dan sedikit wedhus gembel (awan panas) asal jangan terlalu jauh menyapu penduduk, sekedar anak-anak dan adik-adik kita mengalami hujan abu yang sudah sangat lama tak terjadi".

Saat baca koran, terdengar seorang presenter stasiun TV menyiarkan kondisi Merapi yang akhirnya memakan korban. Ternyata awan panas sudah dihembuskan pada jam 17.02, jam 17.19, jam 17.23 dan jam 17.30, bahkan menurut penduduk di sisi timur Merapi, ada suara dentuman dari puncak gunung.

Hiruk-pikuk tayangan beberapa stasiun TV dan juga raungan ambulans terdengar dari rumah yang berdekatan dengan Jl.Kaliurang sedikit membuat miris, Merapi sedang tidak main-main.

Aneh, mbah Marijan 'Suraksa Harga' sang juru kunci Merapi malah tidak banyak ter-ekspose. Banyak pertanyaan, dimanakah orang tua jenaka yang menghebohkan dunia itu.

Rabu pagi tadi, adik di Kudus telpon, menanyakan nasib mbah Marijan, dan penulispun belum juga bisa menjawab karena informasi masih simpang siur. Tapi, setelah ada berita yang meyakinkan bahwa simbah itu telah meninggal, terjawablah teka-teki itu. Sedih, kasihan, terharu, itulah yang ada dibenak penulis.

Mbah Marijan membuktikan ucapannya untuk tetap ngugemi sumpah sebagai abdi almarhum Sultan Hamengkubuwono IX. Ia meninggal terkena awan panas dirumahnya dalam keadaan sujud sebagai ungkapan kepatuhan dan kepasrahan kepada Sang Pencipta dan selebihnya pada Sultan junjungannya. Seperti Kapten Rifai sang nahkoda kapal Tampomas yang harus meninggal di kapal yang tenggelam di perairan Masalembo setelah semua penumpang diusahakan masuk sekoci penyelamat, simbah-pun bersikap seperti seorang Kapten, ia meninggal dalam pelukan kekasihnya, Merapi.

Innalillahi wa ina ilaihi raji'un.
Selamat jalan orang kuat ... rosa-rosa .. !!


an.27102010_14:45

26/10/2010

SASMITA GHOIB TANAH JAWA



Jogja, 26 Oktober 2010
Sekitar 3 minggu yang lalu, tersebar himbauan untuk masyarakat Jogja agar berkenan memasak sayur lodheh yang terdiri dari 8 jenis sayuran. Entah itu benar-benar dhawuh Dalem Sultan Hamengkubuwono X melalui para abdi dalem, entah ini sekedar spekulasi pihak-pihak tertentu yang akan mengambil keuntungan, atau bahkan ini merupakan ulah nakal juragan sayur supaya dagangannya laku keras.


Bahan sayuran (bakal jangan) yang dianjurkan itu adalah; nangka muda (gori), paria ular (pare ula), kulit melinjo, pepaya, kacang panjang (kacang gleyor), jipang dan gambas (termemes).


Menurut pemantauan penulis, masyarakat di Jogja utara kelihatannya banyak yang telah membuat sayur itu tanpa berfikir macam-macam. Doanya hanya mohon keselamatan kepada Tuhan, toh dulu sebelum Pisowanan Ageng menjelang lengsernya pak Harto, masyarakat Jogja juga membuat sayur semacam itu, hanya bahannya saja yang berbeda (lompong dll dimasak gurih; tidak pedas). Kenyataannya, perhelatan akbar yang melibatkan sekitar sejuta orang itu benar-benar tanpa kerusuhan, sementara rencana pertemuan akbar di depan gedung MPR yang akan menampilkan politisi terkenal, batal dilaksanakan karena pertimbangan keamanan.


Bagi orang Jawa yang paham dengan sasmita dan semu, tentu tidak terkejut dengan merebaknya kabar yang seolah-olah menjadi dhawuh itu. Semua bahan yang dianjurkan, akan diterjemahkan dengan skenario alam semesta sebagaimana pada jamannya Sri Aji Jayabaya dulu, ada seorang pertapa bernama Ajar Subroto yang memaparkan jangkaning jagad (tanah Jawa) melalui simbol-simbol ubarampe sesaji. Jika Tuhan berkehendak, tak mustahil seorang Ajar Subroto dan Sri Aji Jayabaya mengetahui rahasia alam semesta, meski keduanya harus terlebih dahulu berguru pada Syech Syamsu Zein, ulama dari Ngerum.


Alhamdulillah, pada Kamis Kliwon 14 Oktober 2010, penulis bersama teman-teman (pak Parji, pak Broto, pak Sudi, pak Karyat, pak Wiji dan pak Pur) sempat mencicipi sayur itu di padhepokan Pancer-Lima setelah kerja bhakti membongkar ubin (tegel) hingga menjelang Maghrib.


Tak lama setelah terlaksananya dhawuh membuat sayur 8 macam itu, muncul lagi dhawuh untuk membuat rujak dheplok dari 5 macam buah; jambu mete, bakal buah (pentil) jambu kluthuk, pisang (gedhang) kluthuk muda, bakal buah nangka (babal) dan gula aren.


Tadi malam saat kumpul-kumpul di padhepokan Dana Warih-2 (Baransari) bersama pak Kusmanto, pak Karyat, Ki Purwoko dan pak Broto (setelah ada tamu dari Mabes Polri, ditemui pak Kusmanto dan pak Broto), penulis tersadar akan makna simbolik dari ubarampe itu.


Sebagaimana status Merapi yang pagi hari kemarin (Senin Legi, 25 Oktober 2010) jam 06.00 dinaikkan dari Siaga ke Awas, jelaslah bahwa dua kali dhawuh itu memang berhubungan dengan gunung teraktif didunia; Merapi, yang sedang punya gawe itu.


Dhawuh pertama berhubungan anjuran Sultan HB X (Ngarsa Dalem) kepada aparat untuk mempersiapkan infrastruktur pada radius 7 km dari puncak Merapi, sedangkan rujak dheplok itu berhubungan dengan sesuatu yang akan dimuntahkan dari kawah (kepundan) gunung yang konon menjadi tempat berkumpul dan berkaryanya para empu Kahyangan.


Saya takut menduga-duga dan bercerita panjang lebar akan sasmita ini karena barangkali masih banyak hal yang menjadi rahasia Alam, tetapi mestinya kita tidak perlu heran dan terkejut seperti beberapa tahun yang lalu saat Mbah Marijan seakan-akan berbeda pendapat dengan Gubernur DIY (Sultan HB X). Kalau kita jeli, tentu akan tersenyum melihat kejadian-kejadian semacam itu, pun pula jika sekarang kita mendengar Mbah Marijan seakan-akan menghindari wartawan dan tidak mau komentar tentang Merapi.


Semoga masyarakat Yogya tetap aman dari bencana alam, tenang dari pertikaian politik dan tidak terpancing dengan kelambatan RUUK. Juga tidak ada lagi komentar pak SBY yang bersifat menyindir (sarkasme) dengan ungkapan yang melukai rakyat Jogja: "Raja merangkap Gubernur, adanya hanya Ratu Kethoprak".

an.26102010_14:14


16/09/2010

Dalijo Angkring di Dayakan

PAGELARAN WAYANG KULIT
SYAWALAN TRAH "AMAD-REDJAN"
DUSUN DAYAKAN SARDONOHARJO NGAGLIK SLEMAN



Pagelaran wayang kulit yang telah direncanakan jauh hari sebelum Idul Fitri 1431H oleh pengurus Trah Amad-Redjan di Jakarta akhirnya terselenggara dengan sukses. Menurut ketua trah Sujarwanto, S.Sos. yang merupakan keturunan asimilasi (Alm.Bpk dari Dayakan dan Almh.Ibu dari Bantarjo), berkumpulnya Trah ini diharapkan mampu menggugah kembali keteladanan dari leluhur dalam mengantar kesuksesan putra, wayah, buyut dan canggah dari mbah Amad Redjo.



Pada siang hari, acara Halal Bil Halal digelar dengan meriah diiringi hiburan Campursari "Mbah Kuncung" yang juga seorang penyiar radio POP 82,6 FM. Tiga penyanyi cantik tampil ceria sambil mengajak anggota Trah (termasuk juga anak-anak) ikut bernyanyi dan berjoget.



Pada malam harinya sebelum pagelaran Wayang, Panitia memberikan santunan kepada anak yatim/piatu dan janda lanjut usia. Malam itu, acara dipandu oleh MC Bp.Ripto yang mengenakan pakaian kejawen Mataraman sebagaimana Panitia yang lain (Bp.H.Ponijo, Bp.Dakir, Bp.Muh), tapi sepertinya koordinator lapangan (Ketua Panitia Yogya) Bp.Sutarjo dan Ketua Panitia Jakarta, tidak ngagem kejawen.


Pentas wayang yang didukung oleh pelawak Dalijo-Angkring itu terbilang sukses dengan meriahnya tanggapan penonton. Lebih-lebih pada malam itu Ki Anang Prawoto yang menggelar lakon "Para Pandhawa Kumpul, Mbangun Bangsal Prabasuyasa" juga didukung oleh seniman kethoprak kawakan Bp.Marjiyo dari Penen, serta seniwati papan atas Sleman dan Bantul: Nyi Sutirah, Nyi Tini Larasati, Ni Susmi Haryanti dan penyanyi Ika Dania.


Meski acara Limbukan menyita waktu hingga jam 01.07 tetapi alur cerita tetap terjaga dengan garap klasik Mataraman sebagaimana sanggit asli Ki Sugi Hadi Karsana dengan variasi geculan, suluk, sabet dan gendhing dari Ki Timbul Hadiprayitna, Ki Suparman dan Ki Hadi Sugito.


Diakhir pagelaran, Panitia menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh pendukung: Apresiasi Pedalangan "Mahameru Pancer-Lima", sound SENICA, persewaan panggung dan tenda TIBAN, Bp. Kepala Dusun dan seluruh Pemuda-Pemudi Dayakan.







28/08/2010

PAGELARAN WAYANG KULIT
SYAWALAN TRAH DAYAKAN


Memanfaatkan momentum Lebaran Idul Fitri 1431H, keluarga besar Bp. Sutarjo di dusun Dayakan Sardonoharjo yang didukung Bp. H. Ponijo di Jakarta menjalin silaturahmi dengan sanak saudara, baik yang domisili di Jogja maupun luar Jogja (terutama dari Jakarta) melalui pertemuan Trah.

Dalam acara yang akan digelar hari Minggu, 12 September 2010, temu-kangen keluarga akan diramaikan organ tunggal dengan bintang Mbah Kuncung dari dario POP-FM. Selain kangen-kangenan, trah juga akan melakukan bhakti sosial, antara lain menyantuni anak-anak yatim-piatu serta membantu fasilitas dusun.

Sebagai puncak acara Trah, pada Minggu malam akan digelar Wayang Kulit klasik gagrag Yogyakarta, menampilkan dhalang Ki Anang Prawoto dengan bintang tamu Stevanus Prigel (Dalijo, Angkring TVRI). Karwitan pendukung pagelaran tersebut dipercayakan pada paguyuban Sekar Sari dibawah pimpinan Ki Sahari dari Sedan, Sariharjo, sedangkan seniwati yang akan di tampilkan antara lain Nyi Sutirah, Nyi Tini Larasati, Ni Susmi Haryanti.

Wayang Kulit dengan cerita Pandhawa Mbangun Bangsal Prabasuyasa (sanggit alm. Ki MW. Sugi Cermasarjana; Ki Sugi Hadikarsana) ini terbuka untuk umum dan akan dimulai pukul 21.00 WIB.

14/08/2010

SYAWALAN TRAH PRAWIRO PRAMUJAN
SURENGJURITAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA
TAHUN 2010 (1431M)

Setelah vakum selama 1000 hari sejak meninggalnya Bpk. Drs. Maryono Basri, pada hari Selasa 03 Agustus 2010 putra-wayah telah berkumpul kembali untuk merencanakan kegiatan silaturahmi yang dikemas dalam bentuk acara Syawalan yang insya Allah akan dilaksanakan pada hari Minggu 26 September 2010 jam 09.00-12.00 WIB di Sanggar.

Untuk teman-teman dan saudara-saudara yang pernah dekat dengan Almarhum Bp. Drs. Maryono Basri (Rejosari, Jakal km. 10,3 Yogya) atau Eyang Prawiro Pramujo (Surengjuritan, Pakualaman), silahkan bergabung dengan Panitia terdekat, atau kontak langsung ke Ibu Sri Harmini-Maryono Basri, telpon (0274) 884476.

Kontribusi untuk masing-masing peserta ditetapkan minimal Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu Rupiah), paling lambat diserahkan pada hari Sabtu 25 September 2010 jam 19.30 WIB di rumah Ibu Maryono Basri.

Tolong, saudara-saudara dan teman-teman diberitahu. Partisipasi teman-teman kami tunggu.
Makasih.

KONTAK PERSON:

Ibu Sri Harmini-Maryono Basri (Rejosari, Jakal km 10,3 Yogya)
(0274) 8844.76

Supriyadi (Manukan, Condongcatur, Depok, Sleman)
(0274) 886.551
(0274) 886.920

Anang Prawoto (Rejosari, Jakal km 10,3 Yogya)
(0274) 8844.80
0881.268.7165 (SMS)

Anwar Sutrisno (Kutu Raden Mlati Sleman)
0274.624.136

Dadiyono (Dukuh Sinduharjo Ngaglik Sleman)
0274.930.4311

Suyadi (Bakalan Donoharjo Ngaglik)
0818.266.405

Bagus Wiryawan Wisnu Probo/ Wawan
(Rejosari Sardonoharjo Ngaglik Sleman)
0812.2740.4047

Mujiyono SPd. (Dayakan Sardonoharjo; Sleman Tengah)
0813.2807.0414

Gentur Pitoyo (Kringinan Sardonoharjo; Sleman Tengah)
0812.2759.2262

Danang Dewo Subroto (Baransari Sardonoharjo; Sleman Tengah)
0817.5452.061

Mulyadi (Turi; Sleman Utara)
0818.0415.7381

Wahyuno (Bedingin Seyegan; Sleman Barat)
0813.2873.8464

Broto Supomo (Patangpuluhan; Kodya Yogya)
(0274) 377.911

Suprihatin (Gunungkidul)
0813.2879.4365

Trisno Suwito (Pohruboh Condongcatur; Sleman Timur)
(0274) 885.094

Whawan (PPPG Matematika; Sleman Timur)
0813.2872.7150

30/06/2010

KE WEB MAHAMERU LAMA

Dulu web "mahameru00" milik kita nebeng di penyedia web raksasa: Geocities. Setelah Geocities ditutup pada Oktober 2009, data-data "mahameru00" selanjutnya disimpan dalam web storage lain.
Untuk akses ke web "mahameru00" lama, KLIK:


[mm-Yk, 2010.06.30]

PENAWARAN WAYANG KULIT
Shadow Puppet Sale/ Offering
YOGYAKARTA


Dijual Wayang kulit dalam bentuk jadi dan Wayang mentah (gebingan) dengan harga murah namun kualitas bersaing.

WEJASENA
Wayang jadi/ siap pakai, gaya Yogyakarta (standard), kualitas kulit sedang, tatahan pedhalangan, gemblengan hot-print (prada Bali), gapit dan cempurit tanduk kerbau buyu. Harga jual Rp. 325.000 pas.



DEWA MAMBANG (Kresna Triwikrama)
Gebingan (wayang mentah/ putihan), gaya Yogyakarta, kualitas kulit bagus, tatahan pedhalangan-halus, tinggi 105 cm. Harga jual Rp. 435.000 pas.



DEWA AMRAL (Yudistira Triwikrama)
Gebingan (wayang mentah/ putihan), gaya Yogyakarta, kualitas kulit bagus, tatahan pedhalangan-halus, tinggi 105 cm. Harga jual Rp. 435.000 pas.


Bagi yang berminat, silahkan hubungi langsung ke kolektor (Bp. Riyadi):
HP/sms : 0813 2871 3947

Atau melihat langsung di Cabean Jl. Parangtritis, selatan RM. Numani, belok kekiri.
Atau kontak ke Tim Mahameru00:
HP/sms : 0881 268 7165


[mm-Yk, 2010.06.30]

02/03/2010

LINK TULISAN ANANG PRAWOTO DI KORAN


Anang Prawoto
Lahir di Sleman, 1963 ... Tinggal di Rejosari, Jl.Kaliurang km.10,3

Sekolah:
SDN Gentan II (1969-1975)
SMPN Gentan, Filial SMPN Donoharjo (1975-1978)
SMA II Bopkri Bersubsidi (1978-1981)
FPTK IKIP Negeri Yogyakarta (1981-1985)


Kadang saya bosan menulis dan berpendapat karena saat ini trend pasar/masyarakat sedang memanja tulisan yang hanya bersifat menghasut atau mengelabuhi masyarakat demi keuntungan individu atau sekelompok orang. Rasanya makin sulit menemukan tulisan orisinil yang memandaikan pembaca, menentramkan hati, membangkitkan semangat hidup, mengapresiasi kejujuran, menghormati sesama umat serta mengagungkan Tuhan.


Teknologi Informatika yang menjanjikan banyak kemudahan justru dimanfaatkan untuk hal-hal yang merugikan dan melemahkan diri sendiri. Terlalu banyak karya anak bangsa yang sekedar produk 'copy-paste'. Akankah kita menjadi bangsa terjajah lagi justru saat kita telah menggenggam teknologi?


Cobalah melihat tulisan ini, mungkin anda mempunyai saran / kritik untuk menggugah semangat kami dalam menulis, ber-opini, memperluas cakrawala pengetahuan dan menajamkan intuisi spiritualitas.

  1. Ber-Uang Berkuasa --- <1981, belum di-posting Kedaulatan Rakyat>
  2. Lingkaran Setan Kemerosotan Mutu SMTA --- <1989, belum di-posting Kedaulatan Rakyat>
  3. Kreatifitas di dunia wayang, tidakkah menjadi bumerang --- <1989, belum di-posting Minggu-Pagi>
  4. Sultan dan Bupati Bantul --- <1999, belum di-posting Kedaulatan Rakyat>

  5. Jangan Kelabuhi Guruku (Anang Prawoto, media cetak KR dan kr.co.id) --- [klik disini]

  6. Berguru Pendidikan kepada Sultan HB VIII (Anang Prawoto, media cetak KR dan kr.co.id) --- [klik disini]

  7. Sri Sultan HB VIII Sang Guru Sejati (Anang Prawoto, krjogja.com, naskah asli) --- [klik disini]

Copy-1 (DIKPORA DIY, nama penulis diganti 'Td') --- [klik disini]

Copy-2 (DISPERINDAGKOP DIY) --- [klik disini]

Copy-3 (PUSTEKKOM DEPDIKNAS, judul & nama penulis diganti) --- [klik disini] atau [klik disini]


Juga, cobalah link berikut:


01. KR Twitter


02. KR Facebook



[an_2010.01.04_17.16]

LASKAR MATARAM JANGAN MINTA-MINTA


RUUK yang terbengkelai telah mengusik rakyat Yogya. Rakyat yang sejak jaman pergerakan selalu mengawal republik itu sekarang dibuat gerah karena seakan-akan republik ini mulai mengingkari jasa-jasa dan kesungguhan hati rakyat Yogya dan keraton (Kasultanan dan Pakualaman). ........ Tunggu lanjutannya..!

Baca juga tulisan sejenis, KLIK disini:


MAHAMERU INISIATOR
anang prawoto, danang dewo subroto, wiji mulyono, parjiyono ngguwik ngguwil, agung sudiono

Kontributor:
mulyo diharjo, mento diharjo, poniyem ngadirejo, kromorejo basiman, karyat, kusnanto, budiono, sulami hp, warno sudiro, roto pawiro, bisowarno, suprihono, saido,


slamet hs, rahmat sawali, purwoko, sugiyanto campursari bagoes resto
sulistyanto harsudi, supandri pranjono, mas bronto, fred wibowo bbs, tri geovani bbm, subaryono, senica sound system, tuwuh raharjo, ngrangsan kalasan,


Sekolah:
sri eko handayani ratnawati, ucik budiati, noviana unizah, rum ismawati, pri santoso, suharso, totok wisnutoro, himawati widyastuti, mukasi wahyu kurniawati, sudaryanti, eny zuhriyati masruroh, dyah nurbiastuti, rudi sugianto, kartana, agus sugiharto, winarni, erma ade susmonowati, rismiyati, dwi ambarwati, slamet wijono, diah herawati, zaris danis noviar, sri muktiningsih handayani, yuliana sri wahyundari, indayatmi, dwi ermawati, rumini, yuliana sri hartati, enny dwi arthie, nuryanto, moro budiatmoko. sri wahyuni pudjiastuti, dewi kurniati, sulastri, suprihatna, subandi, sukijo, noor rochmaningsih, rachmad agus gunadi, nuryani ekaningsih, sigit kuncoro, sugiarto, retna tri mantaraningsih, endang sri pujiastuti, ratna yunitasari, magdalena endah titisari,

Pepundhen dan Leluhur:
kukuh suhardi, prawiro sudarmo, m.husni thamrin mpr, sayuti melik, sk.trimurti, ki soma wasita palgading, kh.irsat jambon, ki cermo hadi kasmo, simping, canthing, kempleng wanapeti kulonprogo

rr.hj.supardiyah, gondo sudarmo, kh.ridwan sitisewu, kh.ibrahim rejodani, kh.gozali, ra.musafangatun, brh.sandeya hangabehi, kyai nuriman mlangi, sdis.amangkurat jawi, sultan agung anyakrakusuma, sutawijaya, panembahan senapati, ki ageng pemanahan, ki ageng enis, ki ageng selo, getas pendawa, jaka tarub, bondan kejawen, prabu brawijaya majapahit


Famili:
mintorogo suyono, lilik hartono, adi sudarmo, sutini, sunanik
sumarmi-sumadi badiyat, maryono basri-sri harmini, sudarmadi rembang, siti masitoh, sri suwarni, sukarjo, sri haryati, sudarmaji, sri suyati, arman sudono
esti hargorini, erna wukiratun, retno giriarti, eko wisnu wardhana, woro hardiyanti
novita utami dewi, deni, tiwuk, sodiq eko suryanto, anik, didik, bagus wiryawan wp, niken, vita, atik, piko, bayu, betti, agung wijanarka, anda
indiani kuncorowati, urip, upik, endang, ninik, wawan, bambang wisanggeni, alip riyono, tri wikan pangarso polda, wiwid, thuntheng, dr. nur dwi hesti

Promotor:
pranawa, amat basiran, dukuh banteng, budiharjo, cokrowiharto, suyamto, bambang himawan, rama sindhunata, shakty suhardjo, komang sri budiarti, tri nugraheni, sutarto, suswantoro, endang listyandari, suswantoro, yohana umiyati, sutarjo dayakan, radio konco tani, eko bedjo

Seniman:
nyi warno kompul, cipuk, fajar sambilegi, sutirah, partini, tini larasati, suyati dolo, titik samiarsih, nyi pri pringgolayan, sri rahayu, mugini, samiyati, purwanti, prastiwi, condrolukito, sunyahni, nurhana, rita, suminah pogung, tentrem, devi carolina, monica, triamin gunung saren, rajiyem, ratmi sewon, susmi haryanti soragan, ika, agnesia nandasari, elisha orcarus alaso

ki adi jiril, singku, cermo sutarjo, sugi hadi karsono, cerma sarjana, timbul hadi prayitno, cermamanggala, margiyono, hadi sutoyo, mbah gunar, hadi sugito, gito-gati, cerma suteja, sutikno, suwondo, wisnu gitosaputro, edi indartono, yatman, diyono randusanga, sumono kalibawang, darminto tambakan, mbah mus turi, laksono lasono, kinthil (kimsu), bambang rabies, dalijo stevanus prigel, bintoro, sim bien, sahari, parti wibowo, karso lugi

Instansi dan Lokasi:
dinas kebudayaan dan pariwisata, bidang kesenian sleman, sardonoharjo, karang kletak, rri nusantara II yogya, smk marsudi luhur, smkn2 depok, stm pembangunan yogya, taman parkir tlaga putri kaliurang, sma donoharjo, kr, kedaulatan rakyat, cokrosuharto, pucung wukirsari, cabeyan bantul, pametri budaya, balai budaya minomartani, sinduharjo, kepatihan, kantor gubernur diy,

Vip
ngarsa dalem, sri sultan hamengkubuwono x, sultan hb ix, kgph pakualam, gbph prabukusuma, gbph yudaningrat, rm condroyono, untoro, bambang purnomo, bambang wisnu


mahameru, mahameru00, pancer-lima