13/07/2013

WAYANG KULIT DI CANDISARI SLEMAN


MP3 ini merupakan hasil transfer dari rekaman video menggunakan handycam Sony analog TR218E. Karena pagelaran dilakukan di pendhapa/ pringgitan (atau apa namanya), maka gaung ruang menjadi faktor pengganggu yang serius. Lagi pula, pagelaran ini kurang persiapan karena sebenarnya acara ini muncul saat siang sebelum tahlil 1000 hari meninggalnya Bp. Karmin Wongso .... .

Sore menjelang maghrib mas Ari (putra Bpk. Cokro Wiharto, Candisari) ditemani mas Ramelan (Ngalangan/ Lodadi) menyampaikan dhawuh dari keluarga Bpk. Cokro Wiharto bahwa 'malam nanti' diminta mayang karena wayang, gamelan dan kanca2 Wiyaga sudah siap. Saya ya kaget; "Memangnya saya ini dhalang ampuh kok hanya diberi waktu 3 jam untuk persiapan".

Apapun jadinya, akhirnya saya sanggupi, ngiras pantes ngalap berkah. Wayang itu dulu saya kagumi. Saat baru ajar mayang (sekitar tahun 1986) saya ingin pinjam, tapi karena bertepatan dengan hari Selasa Wage (hari sedane mbah Wongso?), pak Karmin tidak berani ngendikan tentang wayang itu, batal jadinya. Akhirnya setelah tidak ada lagi yang momong (Pak Karmin seda, kang Gian-Kaliwanglu uga meninggal), alhamdulillah, kok wayang itu ngawe-awe saya.

Malam itu dengan ditemani pak Broto (kameraman), pak Triyono-Prujakan dan Ki Purwoko (Baransari; datang belakangan sambil membawakan cempala tangan) akhirnya saya jadi mayang di Candisari Sardonoharjo Ngaglik Sleman (Jl.Kaliurang km.11), membawakan lakon "Pandhu Swarga" versi Ki MW. Sugi Cermosarjono.

Kasihan wayang itu, tidak begitu terawat, padahal dulu yang boleh ngagem hanya Ki Timbul Hadiprayitno (Ki KMT Cermamanggala) atau dhalang selevel beliau.

Sumangga, silahkan coba download, tapi jika kualitasnya kurang baik mohon dimaklumi.

Ki_Anang_Prawoto_1a_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_1b_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_2a_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_2b_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_3a_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_3b_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_4a_Candisari.mp3 Ki_Anang_Prawoto_4b_Candisari.mp3

19/03/2013

MP3 WAYANG KULIT, MERTI DHUSUN DAYAKAN SARDONOHARJO


Setelah nunggu agak lama, akhirnya DVD rekaman wayang dalam acara MERTI DHUSUN DAYAKAN Sardonoharjo Ngaglik Sleman (Sabtu, malam Minggu, 08-09 September 2012) itu selesai juga. Semula pak Mujiono kerumah, tapi tidak ketemu. Hari lain penulis mengambil ke Dayakan, ditemua pak Mujiono dan pak Sutarjo, cerita berlama-lama, padahal penulis ada acara Pembubaran Panitia Manten di Bulusan.

Terimakasih pada Video & Foto Art  "ASADEWA" (Jl.Kaliurang km.9,8 Ngebel) yang telah merekam Audio-Video dengan kualitas yang cukup bagus.

File MP3 berikut ini di ambil dari rekaman Video tersebut, kemudian diedit seperlunya (trimming, editing, filtering) agar enak didengarkan. Seperti file-file sebelumnya, format MP3 dari dikemas dalam format MONO, 64kbps, 48kHz. Silahkan coba download.


Dayakan_Wayang_1_Ki_Subandri.mp3
Dayakan_Wayang_2_Ki_Subandri.mp3
Dayakan_Wayang_3_Ki_Subandri.mp3
Dayakan_Wayang_4_Ki_Subandri.mp3
Dayakan_Wayang_5_Ki_Anang_Prawoto.mp3
Dayakan_Wayang_6_Ki_Anang_Prawoto.mp3
Dayakan_Wayang_7_Ki_Anang_Prawoto.mp3
Dayakan_Wayang_8_Ki_Anang_Prawoto.mp3


Lakon: SRI-SADANA NITIS (Begawan Sukma Nglembara)

Dhalang:
        Ki Subandri (Turen Sardonoharjo)
        Ki Anang Prawoto (Rejosari RW43 Sardonoharjo)

Waranggana:
        Nyi Suyati (nDolo Wedomartani Ngemplak)
        Nyi Ngatini (Gejayan Caturtunggal Depok)
        Nyi Suratmi (Sewon Cangkringan)
        Nyi Susi (Banteng Sinduharjo Ngaglik)
        Ni Ganeswara (Gendengan Seyegan)


16/02/2013

IKAN LELE MEMBENTUK FORMASI "ALLAH"


Hampir setahun yang lalu, prunan di Wates (Evan dan Farrel) ngasih bibit ikan lele untuk dipelihara di genthong (tempat air dari bahan tanah liat). Saat tulisan ini dibuat, lele sudah besar, bahkan yang satu sudah mati (yang perutnya gendut).
Suatu saat penulis menguras genthong  dan memotret kan lele itu pakai kamera digital murah (Yashica EZ F527), ternyata dua ikan itu dalam posisi membentuk formasi huruf Arab: Allah, Ini gambarnya.




10/01/2013

MALAM TAHUN BARU, KI HADI SUTIKNO DI BOLAWEN MLATI


Hujan mengguyur Jogja dari Senin sore 31 Desember 2012. Penulis mencoba keluar rumah jam 01.00 menuju panggung wayang kulit di (tegal) Bolawen, sebelah barat-laut dusun Kronggahan, tepatnya, Youth Center keutara sekitar 200m. Di panggung itu, gayor dan kelir milik penulis dipinjam meskipun sebenarnya agak khawatir akan perlakuan yang kurang "setiti" dan "demuwe", karena selama ini gawangan kelir (dan tentu saja 2 kotak wayang) itu seperti saya keloni mengingat perjuangan untuk "yasa" properti itu harus prihatin, "klumpuk-klumpuk".
 
Suasana panggung memang agak kurang nyaman karena sebagian besar karpet basah kuyup oleh hujan, bahkan simpingan wayang terpaksa dicabut sebagian karena tampias hujan.


Namun, meski suasana dingin, Ki Hadi Sutikno, dalang papan atas Sleman yang berasal dari Tegalsari Sariharjo Ngaglik itu tetap penuh semangat dalam membawakan lakon Rama Nitik (Semar Boyong), terlebih saat penulis mulai mensupport dari sebelah kotak, dhalang itu 'saya ndadi'.


Dhalang tingkat Nasional yang menjadi idola penulis sejak kecil itu, menyuguhkan adegan dramatik yang memukau saat Dewi Antrakawulan (Lara Wangen) mengejar R.Lesmana untuk bersedia di-suwitani.



Dukungan 4 waranggana; Nyi Woro Sujiati, Nyi ??, Ni Siti Marfu'ah dan Ni Yayuk (Pengasih) membuat suasana hidup dan penuh kreatif.



HUT SUMPAH PEMUDA KE-84 DUSUN JABAN SINDUHARJO


Saat penulis datang ke panggung kesenian di dusun Jaban Sinduharjo Ngaglik Sleman, kesan yang muncul adalah sebuah greget dan kreatifitas yang hebat dari anak-anak muda disana.

Ternyata benar, HUT Sumpah Pemuda ke-84 yang dimeriahkan dengan paduan suara, tari dan ketoprak 'Nglacak Pepati' itu hampir 100% dimotori oleh pemuda yang tergabung dalam PERMADI 25. Sesepuh dusun Jaban sekedar tut wuri dan handayani. Belum lagi partisipasi semua warga yang luar biasa, kursi yang disediakan oleh panitia penuh oleh penonton/undangan
.
Meski dalam kelancaran berbahasa Jawa ada sedikit kendala, namun upaya menggugah kembali nilai-nilai tradisional benar-benar mengagumkan.