24/09/2018

26 DARI 99 ASMAUL HUSNA


Sebenarnya file ini dibuat sebelum 'Anak Laut', tapi karena ada salah ucap pada rekaman pertama, terpaksa harus ada rekaman ulang.

Tanggal 19 September 2018 mau edit tapi ribet sekali, maka sepulang dari TMII (Festival Dalang Muda dan Dalang Bocah), barulah edit itu dilakukan (padahal benar-benar barusaja datang, dan belum sempat mandi).

Silahkan coba klik Link ini: 26 DARI 99 ASMAUL HUSNA

Jika Anda kesulitan meng-akses, gunakan alternatif Link ini:  ASMAUL HUSNA






--an20180919_2200--


05/09/2018

ANAK LAUT


Ide untuk menulis syair lagu 'Lamunan ANAK LAUT' ini muncul pertama kali saat Kapal Motor (KM) UMSINI milik PELNI yang penulis tumpangi dari 'Gapura Nusantara' Surabaya, berhenti di pelabuhan Kwandang, dekat Gorontalo, Sulawesi Utara.

Perjalanan laut setelah mudik liburan akhir tahun 1989 itu harus ditempuh selama 4 malam 3 hari melalui Makassar (Ujung Pandang), Kwandang, Bitung (Dekat Manado) dan kemudian Ternate.

Saat di Kwandang, KM. Umsini tidak bisa merapat ke dermaga karena laut terlalu dangkal untuk ukuran kapal besar yang panjangnya sekitar 115 meter itu sehingga penumpang yang turun harus dijemput dengan kapal tunda yang ukurannya jauh lebih kecil.

Saat itulah penumpang lain (tujuan Ternate, Sorong dan Jayapura) yang tidak turun berkesempatan melihat laut dari geladak (dek) 4, 5, 6 atau di atasnya lagi.

Penulis lihat beberapa anak nelayan (usia SD) pada mendekat dengan perahu tongkang kecil (kole-kole) berdaya-muat 5-6 orang, ada yang pakai sirip penyeimbang (sema-sema) ada yang tidak.

Anak-anak itu meloncat kelaut kemudian melambai-lambaikan tangan ke atas, ke deretan penumpang kapal yang melihat dari rongga dinding kapa yang terbuka.

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba penumpang-penumpang itu melempar uang logam (koin) 100-an yang saat itu masih cukup berharga, karena gaji PNS golongan IIIa masa kerja 3 tahun; 200-an ribu, dan tiket kapal kelas ekonomi dari Surabaya - Ternate; 59 ribu.

Mulailah atraksi lucu dimulai. Begitu uang meyentuh air, anak-anak nelayan berebut menyelam, memburu uang, dan begitu menangkap koin,  anak-anak itu muncul di permukaan air sambil mengacungkan tangan keatas dengan bangganya, dan penontonpun makin tertatang untuk melempar koin lagi. Maka, seakan 'hujan koin' di laut Kwandang.

Mereka anak-anak yang lucu, polos, pemberani dan tahu membantu orang tua mencari nafkah dengan nenangkap ikan di laut. Sedang koin-koin itu, meski berharga juga, tapi lebih menjadi sebuah kebanggaan atau hiburan semata.

Silahkan coba klik Link ini ;  ANAK LAUT

Jika Anda kesulitan meng-akses, gunakan alternatif Link ini:  ANAK LAUT




--an20180911_09:53--