17/06/2019

BAYANG REMBULAN


Penulisan syair dan lagu 'Bayang Rembulan' ini terinspirasi lagu 'Anak Laut' yang saya tulis sebelumnya.

Saya lupa, apakah start penulisan ini pas ngawas UTS, UKK, atau tugas lain, atau pas 'kesepian' karena tidak ada teman di ruang TAV.

Yang jelas, berdasarkan catatan, syair dan lagu ini saya tulis di TAV SMKN 2 Depok (STM Pembangunan Yogyakarta) pada tanggal 15 Februari 2018  Jam 07:45. Masih cukup pagi.

Dan, saya juga lupa, sedang berfikir tentang apa kok se-pagi itu tiba-tiba terbersit ide untuk menulis syair-syair yang aneh, seperti orang patah hati.


Syair final berikut ini adalah hasil Revisi-1 dari draft asli (terutama pada Reff-nya) pada hari Kamis, 30 Mei 2019 jam 17.02; di 'Castle'; rumah, Jl Kaliurang km. 10,3  pas libur Kenaikan Isa Al Masih.



BAYANG REMBULAN
Syair/Lagu oleh Anang Prawoto
Do = C
Birama: 3/4


Bulan penuh dilangit timur, wajah berseri, kuning keemasan,
melambai-lambai, membuai rindu, tuk meraih lembut tanganmu.

Ku berlari, jelang Sang Ayu, namun bayangmu, makin memudar,
aku terduduk, di simpang jalan, kemana arah kan ku-tempuh

Reff:
Tampak matamu mengerling, sekali di ufuk, trus di kaki-langit,
tertatih, kukejar bayangmu.

Malam gelap, sepi temaram, gadis kecil nyalakan lentera
raih ku ke biduk, mengayuh dayung, antar ku ke pelabuhan hati.


Silahkan klik Link ini: BAYANG REMBULAN

Jika Anda kesulitan meng-akses, gunakan alternatif Link ini:  BAYANG REMBULAN





[an20190617_12:19]


MUAZIN SHOLAT IED DI MASJID BAITUN-NUR GENTAN


Sudah lama penulis ingin merekam suara Muazin sholat Idul Fitri atau Idul Adha masjid Baitun-Nur Gentan Sinduhajo (Jl. Kaliurang km.10,5), tapi selalu lupa bawa alat perekam portable (HP atau sejenisnya).

Pernah kira-kira setahun yang lalu (Idul Adha 2018) saya coba merekam, tapi saat itu kondisi kesehatan Sang Muazin sedang tidak prima sehingga suara khasnya tidak muncul.

Bagi penulis yang masa kecilnya (kira-kira 1970-1980) akrab dengan masjid yang didirikan tahun 1950 itu, perasaan kangen pada suasana indah masa kecil itu begitu kental.

Terasa benar, bagaimana uniknya saat nunggu atau berebut jaburan yang berupa kue khas pedusunan, atau berupa uang 5 Rupiah hingga 25 Rupiah. 

Juga, bagaimana rasanya dimarahi oleh Takmir karena bercanda dengan teman sebaya saat sholat tarawih, dan bagaimana khasnya Imam (Kyai Khodir; sering diucapkan sebagai 'Mbah Kyai Kadir') yang karena sepuhnya, sering terbatuk-batuk saat memimpin sholat, tapi benar-benar 'ngangen-i'.

Suasana itu terasa kembali manakala mendengar suara Muazin 'Pak Surahman' yang berasal dari dusun Kulwaru Serang-Asri, ditepi sungai Serang, berseberangan dengan dusun Bojong, Panjatan, Kulon Progo, dan sekarang tinggal di Baransari, 50m disebelah barat masjid Gentan.

Suaranya benar-benar khas, nada melengking tinggi dengan cengkok meliuk-liuk seperti tembang Jawa.

Saat saya merekam suara ini, sholat Idul Fitri 1440H di masjid Baitun-Nur di-Imam-i oleh Kyai Abdul Hamid (belum sempat konfirmasi, mungkin saya salah dengar) yang berasal dari Cirebon dan sekarang mengajar di Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran, Candi, Sardonoharjo; Jl. Kaliurang km.11,5.

Silahkan klik Link ini:

                              BAITUNNUR1_TAKMIR

                              BAITUNNUR2_MUAZIN

                              BAITUNNUR3_MUAZIN


Jika Anda kesulitan meng-akses, gunakan alternatif Link ini: 





[last_edited_20190621_07:25]