Hujan mengguyur Jogja dari Senin sore 31 Desember 2012. Penulis mencoba keluar rumah jam 01.00 menuju panggung wayang kulit di (tegal) Bolawen, sebelah barat-laut dusun Kronggahan, tepatnya, Youth Center keutara sekitar 200m. Di panggung itu, gayor dan kelir milik penulis dipinjam meskipun sebenarnya agak khawatir akan perlakuan yang kurang "setiti" dan "demuwe", karena selama ini gawangan kelir (dan tentu saja 2 kotak wayang) itu seperti saya keloni mengingat perjuangan untuk "yasa" properti itu harus prihatin, "klumpuk-klumpuk".
Suasana panggung memang agak kurang nyaman karena sebagian besar karpet basah kuyup oleh hujan, bahkan simpingan wayang terpaksa dicabut sebagian karena tampias hujan.
Namun, meski suasana dingin, Ki Hadi Sutikno, dalang papan atas Sleman yang berasal dari Tegalsari Sariharjo Ngaglik itu tetap penuh semangat dalam membawakan lakon Rama Nitik (Semar Boyong), terlebih saat penulis mulai mensupport dari sebelah kotak, dhalang itu 'saya ndadi'.
Dhalang tingkat Nasional yang menjadi idola penulis sejak kecil itu, menyuguhkan adegan dramatik yang memukau saat Dewi Antrakawulan (Lara Wangen) mengejar R.Lesmana untuk bersedia di-suwitani.
Dukungan 4 waranggana; Nyi Woro Sujiati, Nyi ??, Ni Siti Marfu'ah dan Ni Yayuk (Pengasih) membuat suasana hidup dan penuh kreatif.