Oleh inisiatip pemuda-pemudi Rejosari Sardonoharjo Ngaglik Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Sabtu 20 Agustus 2016 dilaksanakan pentas pemuda yang dilanjutkan pagelaran Wayang Kulit dengan lakon "Bambang Gandawardaya".
Sebuah lakon yang mengisahkan tentang seorang pemuda yang telah cukup menuntut ilmu pada seorang brahmana berujud ular dan ia bermaksud menemui ayahnya sekaligus ingin mendarma-baktikan ilmunya untuk Negeri tercinta.
Kepandaian dan kesaktiannya ternyata belumlah cukup untuk menghadapi rumitnya kehidupan, terbukti Bambang Gandawardaya justru bisa diperalat oleh duet 'Patih Sengkuni dan Pendita Durna' untuk menangkap Arjuna, ayahnya.
Merasa kesaktiannya tak tertandingi, pemuda itu makin merasa PD. Ia membawa pasukan Hastina untuk menyerang Amarta. Ksatria Pandhawa beserta putra-putranya dapat dikalahkan bahkan hampir saja negara Amarta dikuasai. Untunglah, Prabu Kresna segera mendapatkan jago seorang ksatria muda bernama "Bambang Gandakusuma".
Pertarungan kedua ksatria muda yang baru saja turun gunung itu menjadi semakin sengit manakala keduanya mulai memegang pusaka sakti pemberian kakeknya. Namun akhirnya kematian dan kehancuran dapat dicegah setelah Hyang Narada menjelaskan kedudukan masing-masih bahwa keduanya adalah putra dari Arjuna.
Pagelaran dan pentas seni yang di-desain dengan nuansa Jawa tradisional itu merupakan ide Pemuda melalui ketua Panitianya, Astuti Wulandari. Tratag pagelaran itu dihias dengan bleketepe (getepe) dan janur serta lampu warna-warni, sementara jalan menuju tratag, pada bagian kanan-kiri dihias lampu minyak yang disangga bambu sehingga saat menyala seperti obor kecil
.
.
Saat jam 24.00, dengan iringan gamelan (Gangsaran, ada yang menyebut Ganjur), pemuda membacakan renungan dengan khidmat (listrik di padamkan, hanya lampu minyak yang menyala tetapi sound system tetap di-ON-kan. Selain itu, ada pula seorang pemuda yang membaca geguritan pendek menjelang Gara-gara.
Pagelaran wayang kulit yang dibawakan
oleh Ki Anang Prawoto malam itu didukung oleh karawitan Balai Budaya
Sinduharjo (BBS) Jaban yang diperkuat pengrawit senior, Ki Sahari
(Sedan, Sariharjo) dan Ki Dalyono (Seyegan) serta beberapa
mahasiswa/lulusan ISI Jogja.
Disisi
depan simpingan kanan, tampil tiga waranggana; Nyi Suyati (Ndolo,
Wedomartani), Nyi Emi Parti Wibowo (Sempu, Pakem), Nyi Susiani Agus
Santosa dan eksibisi siswi SMKN 2 Depok (STM Pembangunan, Mrican) yang
tergabung dalam unit kegiatan Persepsi, Apresiasi dan Kreasi Seni
(PAKS); Pramudita Farhan, Sinta Indriastuti dan Viki Ayu Wulandari yang
ketiganya adalah siswi kelas XII Program Keahlian Teknik Kimia Analis.
Selain itu seorang alumni PAKS yang kebetulan masih famili dari Ki
Dalang; Yuarika Nimas Kurniawati (Orin; Palgading, Sinduharjo).ikut pula menyemarakkan pagelaran
itu.
Ulang Tahun Ketua Panitia (Astuti Wulandari)
Mantan Camat Kalasan (Sukamto), Ketua RW-43 (Raziku Amin, SH.), Rois Ngalangan (H. Endro Harjono), Kepala Dukuh Ngalangan (Sulami HP) dan masyarakat Rejosari RW-43
Pemuda dan Panitia menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan busana ke-Jawen
Dirigen lagu Indonesia Raya (Devi Ika Saputri)
Puisi oleh Damar, didampingi Ketua panitia dan MC
Tokoh masyarakat dan warga Rejosari
Lurah Desa Sardonoharjo (Harjuno Wiwoho, SE.)
Ketua RW-42 Baransari (Ki Purwoko), Ibu-ibu Hadroh 'Hidayatun Nisa' Rejosari, tokoh masyarakat, undangan dan warga