Dulu lagu ini sering saya nyanyikan di rumah rantau sambil kerja atau lembur tugas.
Menurut saya, Sio Ternate ini dulu bukan lagu utuh (mungkin saya salah) karena lagu ini seakan-akan bagian dari seremoni penyambutan kapal yang datang, merapat di dermaga Ternate.
Bagi perantau yang baru datang atau datang kembali setelah liburan (ke Sulawesi, Jawa atau tempat lain), mendengar lagu ini rasanya seperti mendapat sambutan dari Negeri Seribu Pulau dengan berbagai cita rasa.
Syair yang 'menggigit ' adalah: "Banyak kota kita su sampai, tara sama manis kota Ternate". Makna kalimat itu memberi kesan pada orang yang datang bahwa Ternate adalah kota yang spesifik, spesial dan penuh kenangan.
Setelah penulis kembali ke Jogja pada September 1994, syair itu agak terlupakan hingga datang teman yang mengajar di STM Negeri Ternate (SMK Negeri 2 Ternate); namanya Julkifly, saat itu melaksanakan PPG di Jogja (UNY dan SMK Negeri 2 Depok Sleman) pada Oktober 2019.
Serasa saya kembali ke Maluku karena bisa sedikit-sedikit mengulang vocab bahasa Ternate dengan logat yg khas.
Teman itu langsung mengajak foto dan men-share ke teman-teman yang masih bertahan di lingkungan Dikpora Ternate (maklum beberapa sudah menjadi pejabat).
Di kesempatan lain, saya menanyakan lagu SIO-SIO ini, dan teman itu menjawab: "Itu kelihatannya lagunya Om Desa (tokoh RRI Ternate)".
Saya coba mengingat-ingat syair itu, tapi belum juga ketemu.
Pada Sabtu 30 Mei kemarin, saat mau setting microphone rekam, iseng-iseng nyari notes untuk coret-coret .. , ee ternyata pada kertas yang sudah berubah warna itu ada catatan lagu ini.
Mulailah mengulang-ulang syair lagu sambil bekerja.
Rabu 10 Juni 2020 mulai buat aransemen musik dan jam 21:17:20 selesai file MIDI-nya.
Tidak sabar juga, setelah itu langsung merekam suara di Studio Mini Mahameru hingga jam 22.40, hingga akhirnya jadilah ini pada Jum'at, 12 Juni 2020 jam 8:41:38.
Silahkan klik LINK ini: SIO TERNATE
Ada sedikit salah ucap pada bait pertama, mestinya 'huhate' (yang berarti pancing bambu dengan umpan tiruan atau tipu-tipu) terucap 'hohati'. Biar saja nanti saya nunggu kalau ada teman dari Maluku yang membetulkan.
Untuk file yang diunggah di Google Drive, sudah revisi ‘huhate’.
Biarlah
ini saya pakai untuk menyapa teman-teman era awal 90-an sambil mengirim
salam hormat saya kepada beliau (Bapak/Ibu): Abd. Aziz Tukuboya (dari
Sanana), Etty Loppies (dari Ambon), Vivera Lily Marhaeniwaty Harly (yang
saya warisi tongkat untuk mengajar), Jamudin Jamau, Junaidi Marinda,
Tamar Bunga, Fatima Tuara dan tentu; ms. Julkifly R. Muqaddasim yang
telah menggugah ingatan saya.
Juga teman-teman dari bagian lain yang sangat mengesan, (Bapak/Ibu);
Piet Tantowardoto (Kepala Sekolah; dari Manado), Paulus Nanlohy (dari
Saparua), M. J. Radja Baicolle (Pak Martin; punya indra ke-6), Petrus
Noya, Ch. Sermatang, P. Rahakbau, Usman Leisubun, Yamin Buamona (dari
Sanana), Puasa Hi Hasan, La Apa (dari Buton, pernah ketemu di PPPG
Bandung, Jl Pesantren, Cibabat), Din Senen, Umar Tukuboya, Hamid Jafar,
Ust. Syarifuddin AR., Cornelis Maluwere, Robert Tetelepta, Yofial (dari
Padang), Damri (dari Padang), Hendrik Siwabessy, Ariston Sora, Jopi
Frankie Sundah, Arifin Kude, Rustam Bin Saleh, Bujerman (dari Padang),
Irwan (dari Padang), Agustina Mateka (dari Gorontalo), Zulaiha Ruchban,
Nikmah Syukur, Harun (?), Noordin Samsudin, Ledy Mardiana Baco, Abd.
Samad Bandang .. , yang lain menyusul (masih mengingat-ingat nama).
Juga teman teman dari Jawa(Bapak/Ibu): Sumantoro (Jogja), Sutarno
(Jogja), GM. Sunaryoko (Sleman), Hari Wardi (Madura), Azam Sakhson
(Surabaya), Supriyana (Bantul), Jarwadi (Solo), Sarjiman (Bantul), Dwi
Bagyo (Surabaya), Paulus Arwalembun (Ambon, kuliah di Jogja), Miftahur
Roudli (Sidoarjo), M. Anas (Sidoarjo), V. Agus Sigit Widodo (Jogja),
Tri Sunarso (Sleman), Jasmanto (Boyolali/Delanggu), Sri Juwita Ningsih
(Surabaya; suami Kepala Pegadaian Ternate), Agus Hermawan (Magelang).
Dan berikut ini klip video SIO TERNATE yang diunggah di YOUTUBE pada 29 Juli 2021.
SIO TERNATE di YOUTUBE
--[an20200612-1040]--