01/12/2024

PERTAPA SAKTI GUNUNG WILIS GURU SHODANCO SUPRIYADI


Tulisan 'Misteri Gunung Wilis' yang hanya judulnya saja dan terunggah 14-12-2019 itu akhirnya 'diperbolehkan' untuk diunggah ulang dalam bentuk video di Youtube dan narasi ini.




Link Youtube: MISTERI GUNUNG WILIS


Saat judul itu diunggah, penulis benar2 merasakan ada 'isyarah' untuk menghentikan narasi disana. Penulis tersadar bahwa cerita itu selain menyangkut tokoh Pembela Tanah Air (PETA), Shodanco Supriyadi yang menggegerkan Blitar, juga berkisah tentang pribadi seorang pertapa Gunung Wilis (penulis ragu, itu manusia sewajarnya atau tokoh dari dunia ghoib) dengan klangenan seekor macan (harimau) yang tampak jinak.

Diluar dua tokoh tersebut, cerita tentang Gunung Wilis juga bersinggungan dengan presiden RI pertama, Bung Karno.

Cerita tentang pertapa sakti itu terjadi saat tokoh 'Pak Kuh' masih belajar di bangku SLTP, sedangkan cerita tentang pertemuan Pak Supriyadi dengan Bung Karno terjadi setelah kemerdekaan.

'Pak Kuh' sendiri, berdasarkan dokumen, pada era penjajahan Jepang tercatat sebagai Kengi Bundanchoo di Jogja. Ini berarti pendidikan SLTP-nya harus berhenti karena kedatangan 'tentara Cebol Kepalang' (Jepang) pada tahun 1942. Barulah setelah kemerdekaan pendidikan itu dilanjutkan di Madiun, lulus tahun 1945.

Di usia 17 tahun dengan pangkat Letnan Muda, Pak Kuh melanjutkan pengabdiannya sebagai tentara dengan tugas di Sentul/Kaliurang hingga 1947, dan pada tahun 1948-1949 pindah tugas di Boyolali, menjadi bagian dari kesatuan/kelasykaran yang dipimpin Overste Slamet Riyadi.

Tampaknya Pak Kuh ini sangat mengagumi 'Shodanco' Supriyadi dan Bung Karno, meski keduanya pernah terlibat tawar-menawar yang membuahkan kekecewaan bagi Pak Supriyadi.

Mungkin itulah yang menyebabkan beliau tidak melanjutkan pengabdian di kelasykaran/tentara tetapi justru mengikuti langkah politik 'Budhe' famili jauh-nya; SK Trimurti, dan seterusnya justru memilih menjadi petani.

Langkah yang aneh ... , tapi apakah ini sekedar ikut2-an atau meniru 'Shodanco' Supriyadi yang tak pernah menanggapi jabatan Menteri Pertahanan yang diberikan oleh Bung Karno, dan beliau memilih untuk bertapa berkepanjangan tanpa diketahui ceritanya hingga kini? 

Wallahu a'lam.


 

Foto:
Kulanuwun ke Gunung Wilis melalui Tlaga Ngebel Ponorogo, 05-06 Maret 2024

 

--- < an20241201_0949 > --- 



12/08/2024

SABDA PALON NAGIH JANJI?




Cerita tentang Sandya Kala Majapahit selalu dikaitkan dengan tokoh Sabda Palon (mestnya ada temannya Naya Genggong). Kita tidak tahu, apakah itu hanya mitos, fantasi, khayalan atau memang benar2 peristiwa nyata ada, meski tokoh itu bisa berwujud personal atau lembaga..

Kalau 'di-othak-athik' dengan pengetahuan Jawa awam, Sabda Palon bisa saja berasal dari kata SABDA PA-ALON (ucapan yang di/me-lembutkan) dan Naya Genggong dari kata NAYA GENG-GUNG ('polatan' atau air muka atau figur yang besar dan agung) yang berarti dua tokoh itu adalah figur penting (Penasehat Agung) bagi raja Majapahit.

Terlepas apapun persepsi kata2 itu, pesan fenomenal yang diucapkan kadang membuat kita khawatir karena memuat tentang  akan kembalinya agama BUDI dan ancaman akan menjadi 'pangane brekasakan' bagi yang tidak mengikutinya.

Menurut 'gagapan' penulis, kata BUDI tidak merujuk pada agama Budha tetapi lebih pada ajaran agama yang esensial, bukan agama yang dimanfaatkan untuk kepentingan apapun, termasuk kapitalis dan politis kekuasaan.

Budi lebih menuju kepada kesadaran-diri  bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang benar2 tak berdaya sehingga kita bisa bersikap rendah hati dihadapan Sang Pencipta dan makhluk lain yang diciptakan oleh-NYA.

Kedudukan kita laksana titik yang ada dibawah BA' (huruf Hijaiyah), begitu kecil dan rendah dibandingkan huruf BA' itu sendiri, apalagi dibanding untaian huruf yang membentuk kata, kalimat, cerita dan riwayat2 panjang yang me-legenda, serta kitab2 suci yang di-imani oleh umat manusia.

Karena bingung mengungkapkan keadaan saat ini, maka saya ikut2-an saja 'ngidung' dengan meminjam karya Sri Narendra Kalaseba: Kidung Wahyu Kalaseba, diiringi MIDI Music ditambah Gong gamelan Jawa.

Penulis sengaja memberi ilustrasi disana dengan kepulan dupa atau kemenyan supaya tampak magis. Saya tidak memakai Bukhur oleh2 dari Mekah sebagaimana yang penulis ceritakan di Facebook: 'Anang Ki Gede Pangrango' tanggal 31 Desember 2023.


Ini link-nya:

KIDUNG WAHYU KALASEBA


--<an20240812_1715>--