Jum'at malam (malam Sabtu) 01 Juni 2012 penulis diajak teman (mas Danang Dewo Subroto) melihat wayang di pendapa Wiyata Praja, komplek Kepatihan Yogyakarta dalam rangka peringatan hari lahir Pancasila. Acara ini merupakan buah kerjasama antara Rumah Garuda (inisiator mas Nanang Rahmad Hidayat; Kranthil Sewon Bantul) dan yayasan Sekar Parijatha (konon berpangkalan di daerah Jl. Prof. Yohanes, Sagan).
Secara kebetulan, dalang yang didaulat menggelar lakon "Lahiripun Garudha Senjari Putih" itu Ki Hadi Sutoyo dari Ngentak/Kepek Jetis Bantul (putra Alm. Ki Mas Wedana Sugi Cermosarjono dari Beji Bantul) yang bagi penulis seperti kakak sendiri.
Penulis dan teman dengan tanpa ragu naik ke sebelah kiri kotak wayang, amping-amping Gong dan saka-guru pendapa. Ki Dhalang yang melihat kehadiran penulis dan teman itu akhirnya malah banyak 'nggarap-i' sambil memunculkan improvisasi yang segar dalam pagelarannya, terlebih saat budhalan Kahyangan dan perang kembang antara para Dewa dengan Niken Parijatha dan Niken Mayang-Sekar yang sedang menjaga Resi Sekandhadewa.
Malam itu nuansa pendapa Wiyata Praja tampak magis sekali, selain dekorasi kelir/gayor yang penuh untaian bunga plus dedaunan dan kain lurik, para personil Foto dan Video Shooting (apa mahasiswanya mas Nanang ya?) juga mengenakan kostum kejawen, tampak gagah dan cantik. Malah ada yang mirip Nyi Ageng Serang. Terlebih lagi, semua peralatan Foto dan Video dikalungi untaian melati segar yang harum mengimbangi harumnya kukus/kepulan dupa yang tiada henti yang mengiringi proses penyematan bunga pada tokoh wayang yang menjadi lakon pada malam itu, terutama "Sang Garuda".
Penulis sempat bincang-bincang dengan mas Nanang, (kebetulan ada tiga nama yang mirip: Anang, Danang dan Nanang), pagelaran ini menamplikan pakem Mahabarata Brontokusuman, episode pertama dari 7 paket lakon yang ada. Lengkapnya, baca di alamat ini saja:
atau: