Sabtu 26 Mei 2012 yang lalu penulis agak bingung saat seperangkat wayang dipinjam teman dekat. Kirain mau untuk pagelaran utuh, ternyata digunakan untuk pagelaran 2 jam dengan iringan elektone dalam rangka menjamu tamu setelah acara nikahan. Dalangnya Ki Sarjito dari Gondangan sardonoharjo, tapi domisili di Semarang.
Sebenarnya agak ragu-ragu melepas wayang saya karena ingat lara-lapa saat merintis membuat dan mengoleksi. Benar-benar dengan prihatin, .. ya prihatin menyisihkan uang, .. juga prihatin dalam bentuk puasa untuk menjernihkan fikiran agar nantinya wayang ini 'mberkah-i'.
Untungnya mas Topo yang notabene kakak dari Ki Dalang itu bisa memahami, ubarampe tetap dicawiske. Secara kebetulan, Ki Dalang itu dulu teman TK saya, dan ayahnya (mbah Sastro Bakit atau mbah sastro Bagus) dulu diangkat sebagai putra mbarep oleh mbah carik Noto Disono (Gondangan; mbah-dhe-nya penulis).
Saat mendengarkan talu dengan ladrang Sri Slamet versi elektone, rasanya aneh dan sangli. Ki Dalang-pun katanya juga baru kali itu ndhalang diiringi elektone. Memang, tampaknya ini buah skrenario kreatif sekaligus usil dari pak Teguh (Gondangan).
No comments:
Post a Comment