11/05/2018
MERAPI MENYAPA MANIS
Kebetulan penulis pagi tadi tidak ada tugas di kelas. Begitu presensi Fingerprint terus duduk santai sambil check keluhan-keluhan anak-anak, dan cari info via net dan medsos.
Begitu ada berita yang mengagetkan (biasanya berita medsos kan bombastis & membuat orang jadi panik atau kemrungsung) yang mengatakan bahwa Merapi Meletus, saya langsung kemas-kemas untuk menengok orang tua yang usianya sudah 82 tahun.
Di sepanjang jalan, saya sempatkan ambil gambar, dan saya tidak ikut euforia dengan dhisik-dhisik-an ngirim kepulan asap saat awal Merapi menyapa itu. Saya justru mencari bentuk-bentuk akhir dari sapaan itu.
Kalau beberapa gambar yang saya terima terdahulu (dari famili dan teman-teman) bisa memberikan persepsi bermacam-macam (ada yang seperti mulut makhluk- makhluk aneh, ada yang seperti gambar pandangan samping dari Mbah Marijan, dll), saya justru menterjemahkan akhir dari bentuk awan panas itu (sebelum akhirnya pudar oleh angin dan mendatangkan hujan abu hingga kota Jogja) sebagai sasmita yang lain. .
Foto ini saya terjemahkan sebagai gambar seorang Ibu yang sedang membungkuk, mungkin sedang mendekap bayinya untuk melindungi dari kedinginan, dari bahaya, atau dari cuaca yang tidak bersahabat.
Bolehlah saya menduga, Ibu itu sedang menyusui bayinya dengan penuh kasih agar bayi itu menjadi manusia paripurna (ya pinter, trampil dan berbudi luhur) yang nantinya akan menjadi tokoh penting di Nusantara tercinta ini.
Bisa jadi, itu sanepa munculnya Satriya Piningit yang nanti akan menjadi Satria Pinilih atau bahkan Satriya Pinuji yang Sinisihan Wahyu, dan memang nampa lilah Dalem Gusti Allah SWT untuk menenteramkan negeri ini,
Suasana akhir dari kepulan awan panas itu senyatanya memang membuat udara menjadi sejuk (saya malah agak kedinginan saat melaju ke arah Jl. Kaliurang) karena di bagian timur agak keatas sana, matahari benar-benar terhalang oleh awan panas yang tercampur abu itu.
Dan doa saya, semoga berawal dari gambar itu, terpancar sifat ke-Ibu-an, ke-Rahim-an, Ma-Taram (Mataram) dan terciptalah negeri yang tenteram, penuh berkah seperti tertera pada Qur'an Surat At-Tiin: "Wa haadzal baladil amiin".
Dan jika Allah mengijinkan, negeri di dekat gunung Merapi itulah (Yogyakarta ) yang akan tetap menjadi ruh NKRI.
Jogja untuk Indonesia, dan Jogja untuk Dunia.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment