Syair dan notasi lagu ini saya tulis pertama kali pada tanggal 26 April 1987 di Santiong, belakang benteng Oranye (Kasteel Orange) Ternate. Saat itu penulis ngikut kost teman2 di rumah Ny. Alwia Abdurrab yang lebih populer dengan sebutan "UMI", seorang janda berusia sekitar 60 tahun, keturunan Arab. Beliau punya anak angkat, gadis kecil bernama 'Nawira' yang dulu membuat teman2 pusing karena anak itu susah sekali diajari Matematika.
Saat itu, penulis baru beberapa bulan mendarat di Ternate dan masih dalam penyesuaian karena pada awalnya saat mau merantau, penulis hanya bermodal nekat, tidak ada teman yang bisa dihubungi. Makanya, karena miskin informasi, saya harus nunggu kapal dan terpaksa bermalam 7 hari di penginapan "FAUZI" di Jl Sukareja Gg.2/3 Surabaya (dekat Jl. KHM. Mansyur).
Yang membuat tenang adalah karena saya telah belajar tentang sejarah Ternate yang menerangkan bahwa kota itu terkenal sebagai bandar perdagangan laut sejak abad 13, artinya; kota itu sudah ramai sejak zaman Singasari/ Majapahit.
Saat di atas KM (kapal motor) UMSINI, saya belum tahu harus mendarat di rumah siapa. Untungnya saya berkenalan dengan Bp. Rawi Kunadi (dari Malang) yang berlayar bersama istri, anak perempuan dan cucu kecilnya,
Beliau menawarkan agar saya mendarat di rumahnya, sebelah stadion "Gelora KIERAHA" dimana beliau tinggal bersama putra mantu yang bekerja (Agraria atau Bulog, saya lupa?), asmane Bp. Bahtiar.
Rasanya saya berdosa sekali karena saat mau pindah tidak menyempatkan diri sowan ke beliau, bahkan selama di Ternate karena disibukkan berbagai hal, sampai lupa ngaruhke.
Semoga, jika suatu saat tulisan ini terbaca oleh keluarga beliau, atau mungkin oleh cucu kecil itu (mungkin sekarang usia 36 atau 37 tahun), saya titipkan salam hormat untuk Beliau sekeluarga; semoga Tuhan memuliakan.
Ini foto saat di kapal (kelas Ekonomi; saat itu harga tiket Surabaya Ternate Rp. 56.800).
Di Dek Ekonomi KM UMSIN (06 Feb 1987) itu, saya juga berkenalan dengan penumpang sebaya; Sergius Sile, Jl. Baji Pangai No.81 Ujung Pandang. Itu perkenalan yang unik.
Saat naik kapal, saya benar-benar tidak tahu bagaimana kebiasaan penumpang kapal. Saya kira, nomor tempat tidur itu tetap sesuai tiket, ternyata setelah diatas kapal, nomor Bed di Dek Ekonomi itu tidak berlaku; siapa duluan, bebas menempati.
Saya tidak dapat tempat, akhirnya hanya mondar mandir, dan ketemulah saya dengan sahabat dari Makassar itu. Dia juga tidak dapat tempat, tapi sdh meng-kapling ruang dibawah tangga. Saya ditawari untuk bergabung disitu, saya setuju. Dan karena AC kapal cukup dingin, dia gantian saya tawari sarung untuk selimut, jadilah simbiosis mutualisme.
Silahkan klik Link ini: KERONCONG DISANA TERNATE
Jika Anda kesulitan meng-akses, gunakan alternatif Link ini: KERONCONG DISANA TERNATE
--an20181208_1245--
No comments:
Post a Comment